“(7) Tuhan berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa
itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau
yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku
menjadi raja atas mereka. (8) Tepat seperti yang dilakukan mereka
kepada-Ku sejak hari aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari
ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikilah
juga dilakukan mereka kepadamu. (9) Oleh sebab itu dengarkanlah
permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh
dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan
memerintah mereka”. —1 Samuel 8: 7-9
Bacaan 1 Samuel 8 ini menceritakan tentang orang-orang Israel yang
menghendaki seorang raja untuk memimpin mereka seperti hal nya
bangsa-bangsa lain. Orang-orang Israel menghendaki seorang raja yang di
mana raja tersebut akan menghakimi mereka dan memimpin mereka dalam
perang. Kehendak mereka ini disampaikan kepada Samuel, dan Samuel yang
menganggap kehendak ini mengesalkan memutuskan untuk menyampaikan hal
ini kepada Tuhan mengenai permintaan yang diajukan oleh orang-orang
Israel ini.
Pada perikop diatas dituliskan bahwa Tuhan mengizinkan Samuel untuk
mendengarkan perkataan orang Israel dan mengizinkan bangsa Israel untuk
memilih seorang raja bagi-Nya. Namun pada saat membaca perikop diatas,
tepatnya di pasal 7 dan 8, dikatakan bahwa “Sebab bukan engkau yang
mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi
raja atas mereka. (8) Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku
sejak hari aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni
meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga
dilakukan mereka kepadamu.”
Pada saat membaca perikop ini, saya pribadi diingatkan bahwa terkadang ada banyak sekali permohonan atau request (bahkan terkadang memaksakan kehendak atau request)
yang saya panjatkan kepada Tuhan yang menurut saya pribadi merupakan
hal yang baik untuk diri saya menurut nalar atau pengetahuan saya. Namun
pada bacaan ini, saya diingatkan kembali bahwa ada banyak hal yang saya
inginkan dalam hidup saya, yang secara sekilas terlihat baik,
sebetulnya secara tidak sadar berpotensi menggantikan kedudukan Tuhan
sebagai raja di dalam diri dan hidup saya. Permohonan yang kita ajukan
mungkin terlihat baik, namun permohonan yang kita pandang baik
sesungguhnya belum tentu terbaik untuk kita dan belum tentu sesuai
dengan kehendak Allah atas diri kita.
Namun teman-teman, percayalah apa yang menjadi kehendak Tuhan
pastilah yang terbaik dan bahkan jauh lebih baik dari apa yang kita
kehendaki atau yang menjadi permohonan atau kemauan bagi diri kita
sendiri. Tuhan kita mengetahui seluk beluk hati kita, kebutuhan kita,
Tuhan mengenal kita dengan sangat mendalam tentu Ia tahu yang terbaik
untuk diri kita. Teman-teman, mari pada hari ini kita koreksi hati kita,
adakah hal-hal yang diingi dalam hidup kita yang dapat berpotensi
menggantikan kedudukan Tuhan dalam diri kita? Saya mengundang
teman-teman sekiranya menyerahkan apa yang menjadi dorongan kemauan atau
permohonan kita kepada Tuhan. Komunikasikanlah terlebih dahulu kepada
Tuhan segala kemauan dan permohonan kita kepada Tuhan, dan berserahlah
penuh kepada kehendak-Nya dan jalan-Nya. Dengarlah peringatan-peringatan
dan perkataan dari Nya. Janganlah kita memaksakan kehendak kita untuk
terjadi, karena Tuhan kita mengetahui apa yang terbaik bagi diri setiap
kita. Marilah kita berjalan beriringan dengan jalan dan kehendak Tuhan,
sebab teman-teman apakah yang lebih baik dari menyenangkan hati Allah
kita yang senantiasa telah mengasihi kita sepanjang kehidupan kita, yang
telah mengorbankan yang terbaik, yaitu anak-Nya yang tunggal Yesus
Kristus untuk menyelamatkan kita anak-anak yang dikasihnya sehingga kita
dapat beroleh persekutuan yang manis dengan-Nya.
0 Komentar