Ditulis oleh Elysia Sutislio
“(7) Tuhan berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. (8) Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikilah juga dilakukan mereka kepadamu. (9) Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka”. —1 Samuel 8: 7-9
Bacaan 1 Samuel 8 ini menceritakan tentang orang-orang Israel yang menghendaki seorang raja untuk memimpin mereka seperti hal nya bangsa-bangsa lain. Orang-orang Israel menghendaki seorang raja yang di mana raja tersebut akan menghakimi mereka dan memimpin mereka dalam perang. Kehendak mereka ini disampaikan kepada Samuel, dan Samuel yang menganggap kehendak ini mengesalkan memutuskan untuk menyampaikan hal ini kepada Tuhan mengenai permintaan yang diajukan oleh orang-orang Israel ini.
Pada perikop diatas dituliskan bahwa Tuhan mengizinkan Samuel untuk mendengarkan perkataan orang Israel dan mengizinkan bangsa Israel untuk memilih seorang raja bagi-Nya. Namun pada saat membaca perikop diatas, tepatnya di pasal 7 dan 8, dikatakan bahwa “Sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. (8) Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu.”

Pada saat membaca perikop ini, saya pribadi diingatkan bahwa terkadang ada banyak sekali permohonan atau request (bahkan terkadang memaksakan kehendak atau request) yang saya panjatkan kepada Tuhan yang menurut saya pribadi merupakan hal yang baik untuk diri saya menurut nalar atau pengetahuan saya. Namun pada bacaan ini, saya diingatkan kembali bahwa ada banyak hal yang saya inginkan dalam hidup saya, yang secara sekilas terlihat baik, sebetulnya secara tidak sadar berpotensi menggantikan kedudukan Tuhan sebagai raja di dalam diri dan hidup saya. Permohonan yang kita ajukan mungkin terlihat baik, namun permohonan yang kita pandang baik sesungguhnya belum tentu terbaik untuk kita dan belum tentu sesuai dengan kehendak Allah atas diri kita.

Namun teman-teman, percayalah apa yang menjadi kehendak Tuhan pastilah yang terbaik dan bahkan jauh lebih baik dari apa yang kita kehendaki atau yang menjadi permohonan atau kemauan bagi diri kita sendiri. Tuhan kita mengetahui seluk beluk hati kita, kebutuhan kita, Tuhan mengenal kita dengan sangat mendalam tentu Ia tahu yang terbaik untuk diri kita. Teman-teman, mari pada hari ini kita koreksi hati kita, adakah hal-hal yang diingi dalam hidup kita yang dapat berpotensi menggantikan kedudukan Tuhan dalam diri kita? Saya mengundang teman-teman sekiranya menyerahkan apa yang menjadi dorongan kemauan atau permohonan kita kepada Tuhan. Komunikasikanlah terlebih dahulu kepada Tuhan segala kemauan dan permohonan kita kepada Tuhan, dan berserahlah penuh kepada kehendak-Nya dan jalan-Nya. Dengarlah peringatan-peringatan dan perkataan dari Nya. Janganlah kita memaksakan kehendak kita untuk terjadi, karena Tuhan kita mengetahui apa yang terbaik bagi diri setiap kita. Marilah kita berjalan beriringan dengan jalan dan kehendak Tuhan, sebab teman-teman apakah yang lebih baik dari menyenangkan hati Allah kita yang senantiasa telah mengasihi kita sepanjang kehidupan kita, yang telah mengorbankan yang terbaik, yaitu anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita anak-anak yang dikasihnya sehingga kita dapat beroleh persekutuan yang manis dengan-Nya.