Music disco terus terdengar. Seakan-akan tempat yang kita berada
ini di sebuah diskotik. Perasaanku hanya kesitu, ya memang ini cocok untuk
dinamai sebuah “diskotik”. Anak-anak muda beralu-lalang. Tak peduli, siapa
disamping kiri dan kanan. Yang penting dapat menggoyangkan badan, bisa dapat
rokok satu batang dan minum bareng cap tikus (CT).
Malam itu malam menjelang hari minggu. Rumah di tempat saya
tinggal tak ada orang di malam itu. Suasana sangat sepi dan sunyi. Saya
kirimkan sms pada seorang teman kampusku di kosnya. saya mengajak dia untuk
sekedar berjalan-jalan di sebuah asrama papua. Asrama itu tak jauh sehingga
kami boleh berjalan kaki.
Kami singgah di sebuah kios. Di tempat itu saya membeli sebotol
aqua. Di samping kios ada sekelompok anak muda. Mereka anak muda papua dan
sedang asyik bercerita. “hei..mat malam, kam dua mo kemana? Tra jalan ke acara
ka? Dong ada buat acara di kamasan tuh”, Tanya seorang dari mereka. “ah..iyo
ka? Memang tong ada kesitu tapi tong tra tahu kalo malam ini ada acara”,
sahutku. “ah..mari tong jalan sama-sama sudah”, ajak mereka.
Perjalanan lebih asyik, kami terus berjalan sambil bercerita
dari yang masuk akal hingga yang tidak masuk akal. Maklum saja, anak muda
pembicaraan pasti banyak topik dan tidak terarah. Tak penting dengan itu, yang
penting perjalanan kami seru. Kami tiba di lorong masuk asrama kamasan. Lagu
disko dan suara manusia sudah terdengar dari kejauhan. Ini ibarat Inul Dratista
saat konser di Batalyon Nabire.
Halaman asrama penuh dengan manusia. Mulai dari yang berjalan
normal hingga yang sudah miring-miring akibat pekerjaan miras. Kini saya tak
milihat lagi rombongan kami tadi. Entah di sudut mana mereka berada. Saya dan
temanku hanya berdiri di sudut asrama. Menatap semua yang terhanyut dalam
alunan lagu disko dan secangkir cap tikus. Hanya untuk kenikmatan yang akan
berlalu. Semuanya untuk mendatangkan sebuah kelaparan yang berujung pada
kematian abadi. Hanyalah sebuah nasihat
yang bisa diharapkan dari Yang Kuasa.
“Hei…tong jalan sudah”, ajak teman tadi. “knapa bro?”, Tanyaku.
“Ko tahu, sa pu kepala ini sakit. Suara lagunya keras” jawabnya. “truz..ko mo
nonton setan2 bergoyang sini ka?” tambah dia. Kami tak berdebat panjang. Kami
memutuskan untuk pulang saja. Lebih baik ke rumah dan kerjakan tugas ketimbang
nonton acara goyang yang tak ada bobotnya. Lagi pula itu hanya akan membuat
mengantuk dan kelelahan pada esok hari. Tak ada nilai tambah atau keuntungan
dari acara itu. Kami pulang ke rumah tempat kami tinggal dan isterahat. Badan
kami sangat segar karena kami dapat tidur tepat waktu. Tak tahu dengan
orang-orang di asrama kamasan. Bagimana keadaan mereka di pagi hari.
0 Komentar