Matius 25:14-30
Setiap dari kita pasti memiliki sesuatu yang dianggap ‘berharga’ dalam hidup, entah itu keluarga, harta, mimpi, talenta atau hal apapun lainnya. Setiap orang pun cenderung akan berusaha untuk ‘melindungi’ apa yang mereka anggap berharga , contohnya : seorang ayah yang bekerja keras untuk anak-anaknya sampai-sampai jarang pulang ke rumah , jarang ada waktu bermain dengan keluarganya dengan alasan agar anaknya tersebut dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik. Tanpa kita sadari kita pun seperti itu , lebih percaya kepada diri kita sendiri untuk ‘melindungi’ masa depan orang yang kita sayang daripada mempercayakannya kepada Tuhan.
Satu-satunya alasan mengapa kita mengamankan sesuatu hal adalah ketika apa yang kita anggap sangat berharga juga menjadi sangat rentan bagi kita jika itu hilang dari hidup kita. Dan karena kita berusaha sendiri untuk ‘melindungi’ semuanya itu , kita pun akhirnya berubah menjadi pribadi yang ‘insecure’ , kita jadi tidak bisa percaya kepada orang lain , kita tidak bisa membiarkan mempercayakan bisnis kita kepada orang lain , bahkan kita bisa jadi pribadi yang tidak mau memberi karena kita takut saat kita memberi kita akan menjadi kekurangan , kita jadi mengandalkan diri kita sendiri daripada mengandalkan Tuhan untuk mengatur itu semua.
Rasa ketidak amanan (insecurity)  jika formulasikan kedalam bentuk rumus, dapat dijabarkan sebagai berikut:
Value + Vulnerable – Trust = Insecure    (Nilai + Rentan – Kepercayaan = Rasa tidak aman)
Sebagai contoh:
Kalian pernah memiliki mimpi sewaktu kalian masih muda misalkan saat duduk dibangku SMA , kalian bermimpi mungkin ingin menjadi influencer atau pengusaha yang dikenal dikalangan internasional dan kalian percaya itu akan terjadi dalam hidup kalian , tanpa kalian sadari kalian pun menjadi ‘rentan’ dan ketika kalian memutuskan  untuk menceritakan mimpi kalian ke teman kalian , dan tiba-tiba teman kalian mengambil kepercayaan itu darimu dan mungkin mereka berkata “mana mungkin lu bisa jadi influencer terkenal atau pengusaha sukses , keluarga lu aja gaada yang bisa kayak gitu , nilai lu aja jelek-jelek waktu di kelas , jangan mimpi ketinggian deh” , disitulah rasa ‘insecure’ muncul dan kalian mulai mempertanyakan tujuan hidup kalian , dan banyak dari kita yang masih mempertanyakan tujuan hidup kita sampai sekarang karena rasa ‘insecure’ yang pernah terjadi di masa lalu.
Beberapa orang berkata mereka malu untuk tampil di depan banyak orang, tapi mungkin mereka sebenarnya tidak malu , mungkin mereka pernah tampil didepan banyak orang dengan percaya diri , tapi karena beberapa orang mungkin saja mengatakan bahwa mereka tidak pantas untuk berada disitu , rasa insecure itu pun mulai muncul , dan mereka mulai mengamankan wilayah insecure tersebut agar mereka tidak tersakiti untuk kedua kalinya. Ada juga yang takut memulai hubungan baru karena dulu pernah disakiti , dan mirisnya terkadang kita membuat orang-orang di sekeliling kita membayar untuk seseorang yang pernah membuat kita sakit hati .
Akan tetapi teman teman, Jika kalianlah orang yang mengamankan rasa tidak aman tersebut, itu berarti bukan Tuhan yang kalian andalkan.  Dalam  Matius 25:14-18  tertulis:
(14) Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. (15) Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. (16) Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. (17) Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. (18) tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

Teman teman terkasih, mungkin saja kebanyakan dari sikap kita bisa digambarkan sebagai pelayan dengan satu talenta seperti pada perikop di atas, yang selalu mengamankan apa yang tidak pernah menjadi milik kita. Ya, kita “mengamankan” harta kita, keluarga, pekerjaan, pasangan hidup, padahal Tuhan berkata bahwa ‘semua ini bukanlah milik kita. Ya,  Tuhan memberikan itu semua bukan supaya kamu bisa memilikinya, tetapi agar kita dapat mengelola talenta tersebut. Harta yang kamu punya bukan lah harta milik mu, namun milik  Tuhan ,  pekerjaan yang dipercayakan kepadamu, bukanlah milikmu, melainkan pekerjaan tersebut datang dari Tuhan.

Dan Tuhan itu sangat sangat adil. Ya, dikatakan pada ayat 15 bahwa Tuhan memberikan masing-masing pelayan tersebut sesuai dengan porsi kemampuan mereka masing-masing. Oleh karenanya, janganlah berfokus kepada berapa banyak yang dipunyai orang lain, namun fokuslah untuk mengerjakan bagian kita masing-masing, tidak peduli seberapa kecil hal yang kita kerjakan atau yang Tuhan percayakan kepada kita, Tuhan akan senantiasa memberikan yang lebih besar kepada kita jika kita bersedia untuk menambah kapasitas hidup kita.

Tuhan mengetahui seberapa besar kemampuan kita dalam mengelola talenta, karena Ia melihat dan mengetahui hal apa saja yang bisa kita kelola sesuai dengan kemampuan kita, dan musim berikutnya seberapa besar kita dipercaya untuk mengelola sangatlah bergantung dengan tanggung jawab yang telah kita kerjakan di musim sebelumnya.
Ya,mengamankan sesuatu untuk kepentingan diri kita sendiri bukanlah sebuah bentuk “pelayanan” dalam hidup ini.  Pelayanan berbicara tentang bagaimana kita menghadapi masalah hari ini, namun jika kita memilih untuk lari dari setiap permasalahan yang kita hadapi, maka  masalah yang sama akan tetap bermunculan di esok harinya.  Sebagai contohnya kita sedang dalam program menguruskan badan , tapi dihari itu kita tidak mau mengatur pola makan , tidak mau berolahraga , dan keesokan harinya masalah pun mungkin muncul , kalian merasa badan kalian semakin membesar , atau mungkin sakit-sakitan karena makanan yang kalian makan tidak sehat , dan banyak dari kita yang selalu membuat alasan yang sama untuk tidak mau mengatur pola makan atau berolahraga karena kita ngerasa kita tidak perlu melakukan itu untuk menguruskan badan .
Dan mirisnya juga , ada dari kita yang berpikir kalau kita sendiri mampu ‘mengamankan’ masa depan kita , dengan kerja banting tulang setiap hari , begadang sampai tidak tidur , dan melupakan bahwa Tuhan sudah mengamankan setiap masa depan yang kita punya.
Justru sesungguhnya pelayanan berbicara mengenai Bagaimana mengelola hidup mu, BUKAN memilikinya. Ya mari kita belajar untuk menginvestasikan hidupmu dan taburlah setiap talenta yang Tuhan sudah percayakan. Selanjutnya adalah jangan pernah lupa untuk mengakui bahwa Tuhanlah sang pemberi segala hal seperti talenta dalam hidup kita (Amsal 3:6), dan percayakanlah sepenuhnya kepada kehendak dan rencana Nya untuk kedepannya, karena upah atau hadiah yang diterima atas pelayanan bukanlah uang atau kemakmuran, melainkan kepercayaan akan tanggung jawab yang lebih besar kedepannya.
Yesaya 55:8-9 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
Ya, satu-satunya keamanan sejati ialah untuk mempercayakan rasa tidak aman kita (insecure) kepada Tuhan, atau bisa diformulasikan secara sederhana sebagai berikut:
Trust + Value + Vulnerable = true security    (Percaya + Nilai + Rentan = Keamanan sejati)
Ketika kita mempercayakan dan menyerahkan apa  yang kita anggap sebagai  hal yang berharga kepada Tuhan sepenuhnya karena kita mungkin merasa hal tersebut sebagai hal yang membuat kita merasa “rentan”, maka Tuhan akan menyediakan damai sejahtera dan keamanan yang sejati. Ya, kita tidak perlu untuk mengamankan apapun dalam hidup ini, karena semuanya dalam perlindungan, penyertaan, dan kedaulatan Tuhan.
Percayalah kepada Bapa kita di sorga, berlarilah kedekapan tanganNya dan percayalah kepadaNya, Ia yang akan menangkapmu, Ia yang akan melindungi masa depan mu dan Ia yang akan mengamankan masa depanmu tersebut, Ia tidak menjanjikan kepadamu bahwa ketika kamu mempercayakan segalanya kepada Nya maka semuanya akan baik-baik saja, namun Tuhan berjanji satu hal bahwa Ia akan menyertaimu di setiap musim dalam hidup mu, Ia akan senantiasa memelukmu ketika engkau merasa takut dan gelisah, Dia akan memberikan kenyamanan kepadamu saat kamu merasa depresi atau bingung
Namun ada satu pertanyaan yang tersisa, apakah kamu mau mempercayakan seluruh hidupmu kepada Tuhan?